4.26.2016

Jelang Munaslub Golkar, Caketum Berburu Restu Jusuf Kalla

Partai Golongan Karya tak lama lagi akan menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) sebagai bentuk dari persatuan partai yang sempat mengalami perpecahan internal selama hampir dua tahun. Dalam Munaslub tersebut nantinya Partai Golkar akan memilih ketua umum baru yang akan memimpin Partai Golkar untuk tiga tahun ke depan, hingga 2019.

Jelang Munaslub Golkar, Caketum Berburu Restu Jusuf Kalla

Sejumlah kader terbaik Partai Golkar sudah ancang-ancang untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum. Hingga kini setidaknya ada empat orang yang sudah mengindikasikan maju di pemilihan nanti.

Nama pertama yang sudah memperlihatkan geliatnya adalah Ade Komarudin. Pria yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tersebut sudah mulai mencari dukungan dengan menyambangi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar di beberapa daerah.


Nama kedua adalah Idrus Marham, pria yang saat ini menjabat Sekretaris Jenderal Partai Golkar. Berbeda dengan Ade yang bergerilya ke daerah, Idrus tampak adem ayem saja terkait dengan pencalonannya.

Nama ketiga adalah Priyo Budi Santoso yang baru mendeklarasikan maju sebagai calon ketua umum baru baru ini. Priyo dikenal pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2009-2014 dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta.

Nama keempat adalah mantan Ketua DPR RI sekaligus Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR Setya Novanto. Nama Setya sempat tercoreng setelah dia disebut telah mencatut nama Presiden Indonesia Joko Widodo terkait perpanjangan izin PT Freeport di Indonesia.

Sebenarnya masih ada beberapa nama yang juga disebut akan maju sebagai caketum Partai Golkar, seperti Aziz Syamsuddin, Airlangga Hartarto, Mahyudin, dan Syahrul Yasin Limpo. Namun empat tersebut masih kalah "tenar" jika dibandingkan dengan empat nama di atas.

Terlepas dari latar belakang dan usaha mereka mencari perhatian kader Partai Golkar, para caketum seakan memiliki tradisi untuk menyambangi senior partai untuk meminta wejangan sekaligus meminta izin untuk maju di pemilihan tersebut. Para caketum pun mengincar nama-nama, seperti B.J. Habibie, Akbar Tandjung, dan Jusuf Kalla untuk meminta wejangan.

Nama terakhir, Jusuf Kalla, bahkan sudah disambangi oleh dua caketum dalam rentang waktu satu pekan ke belakang. Dua caketum yang menyambangi Jusuf Kalla adalah Ade Komarudin dan Idrus Marham.

Posisi Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden Indonesia sekaligus mantan Ketua Umum Partai Golkar sudah tentu membuatnya menjadi incaran utama para caketum yang mau meminta restu. Apalagi, Partai Golkar yang sebelumnya memposisikan diri di luar pemerintahan sekarang sudah menyatakan mendukung Pemerintah Indonesia pimpinan Jokowi-Jusuf Kalla.

Beda Gesture Saat Terima Ade-Idrus

Ade Komarudin menyambangi Kantor Wakil Presiden Indonesia pada Rabu (20/4), saat itu dia hadir sebagai Ketua DPR RI dan sebenarnya berniat membicarakan perkembangan pembahasan rancangan Undang-Undang (RUU) Pengampunan Pajak di DPR RI. Ade pun datang bersama politisi Partai Golkar lain yang juga berstatus sebagai Ketua Komisi XI DPR RI Ahmadi Noor Supit.

Namun karena ketiganya merupakan kader Partai Golkar maka pembahasan soal Munaslub pun tak terhindarkan. Pertemuan ketiganya berlangsung cukup lama, hampir dua jam.

Setelah pertemuan tersebut, ternyata Ade dan Supit tak keluar sendiri, Jusuf Kalla ikut mengantar mereka keluar hingga keduanya masuk ke dalam mobil berpelat nomor RI 6, mobil Ketua DPR RI. Saat mengantar itulah kedekatan JK, sapaan akrab Jusuf Kalla, dengan Ade terlihat jelas.

Sedari keluar dari ruang kerjanya, Jusuf Kalla tak henti berbincang dengan Ade bahkan sesekali keduanya tertawa, sementara itu Supit berjalan di belakangnya. Kedekatan JK dan Ade semakin tampak saat tangan kanan pria No. 2 di Indonesia tersebut melingkar di bahu Ade.

"Saya sebagai sesama Golkar, pastilah diskusi," kata JK saat ditanya apakah dirinya dan Ade membicarakan hal lain selain Pengampunan Pajak.

Ade yang mencoba untuk berwibawa pun tampak tak bisa menahan senyumnya saat JK melontarkan pujian kepadanya. JK saat itu mengatakan bahwa Ade memiliki pengalaman dan wibawa yang baik, apalagi sekarang Ade menjabat sebagai Ketua DPR RI yang menurut JK harus memiliki wibawa yang baik.

Tak mau menutup diri, Ade pun mengakui bahwa kedatangannya memang untuk meminta restu dari JK selaku senior Partai Golkar. Sayangnya, Ade tak merinci apa-apa saja wejangan yang diberikan JK pada dirinya.

Dia hanya memastikan bahwa JK memberikan restu untuk dirinya maju di pemilihan ketua umum Partai Golkar. "Kami tentu mohon arahan dari beliau sebagai senior dan tentu saya sebagai calon ketua umum mohon doa restu kepada beliau," kata Ade.

Setelah perbincangan itu, JK pun mengantar Ade dan Supit masuk ke mobilnya dan momen keakraban tak kunjung hilang dari kedunya. Gelak tawa baik dari JK maupun Ade baru hilang setelah mobil yang membawa Ade dan Supit meninggalkan Kantor Wakil Presiden Indonesia.

Beda Ade beda juga Idrus Marham, bisa dikatakan respon yang diberikan JK berbeda saat Idrus mendatangi Istana Wakil Presiden pada Jumat (22/4).

Idrus datang tak lama setelah JK menggelar jumpa pers di hadapan awak media. Saat itu, JK sudah keluar dari ruangan jumpa pers dan Idrus pun menyusul lewat pintu lain.

Namun tak disangka, JK malah kembali masuk ke ruang jumpa pers dan mengajak Idrus untuk duduk disampingnya. Idrus yang saat itu terkaget tak bisa menolak "perintah" dari seniornya tersebut dan akhirnya masuk ke  ruang jumpa pers.

Cara Idrus masuk ke ruang jumpa pers pun cukup menarik, JK mendorong-dorong Idrus hingga ke kursi yang terletak disamping kiri kursi JK. "Waduh mati kita, ini ujian pertama ini" adalah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Idrus saat dia duduk di ruang jumpa pers bersama JK.

Tanpa bertele-tele, Idrus pun dengan tegas mengatakan bahwa tujuan utama kedatangannya menemui JK adalah untuk meminta restu layaknya yang dilakukan Ade Komarudin beberapa hari sebelumnya.

"Ya memang hari ini, hari Jumat hari barokah karena itu kedatangan saya ingin mendapat barokah dari beliau (JK) untuk dapat menjadi ketua umum DPP Partai Golkar," kata Idrus.

Menanggapi perkataan Idrus tersebut, Respon JK pun tak "semeriah" saat dirinya berdiri disamping Ade Komarudin. JK hanya berkata agar semua caketum berjuang untuk mendapatkan hati dari peserta Munaslub nanti. "Saya kan tak punya hak pilih, jadi biarlah anggota. Semuanya berjuang," ucap JK.

Mendapat respons seperti itu, Idrus langsung mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan bahwa dia berkunjung sekalian untuk menyerahkan buku yang dia buat. Buku berjudul "Magnet Politik Partai Golkar Bangkit" tersebut dia buat khusus menyambut Munaslub Partai Golkar dan Idrus ingin memberikan salah satu buku tersebut pada JK.

Panjang lebar Idrus menjelaskan mengenai buku tersebut, JK tampak tak terlalu mempedulikannya. JK bahkan mengeluarkan celetukan yang akhirnya membuat Idrus berhenti bicara. "Lama kali kau ngomong," ujar JK.

Setelah celetukan itu keluar, Idrus memutuskan mengakhiri penjelasannya dan langsung memberikan buku tersebut pada JK dan meminta awak media mengabadikan momen tersebut. Tak lama kemudian, JK dan Idrus pun masuk ke gedung utama Istana Wakil Presiden untuk melakukan pertemuan secara tertutup.

30 menit kemudian, Idrus pun keluar dan kali ini JK tak menemani Idrus layaknya dia menemani Ade Komarudin beberapa hari sebelumnya. Tak ada rangkulan seperti yang diterima Ade, Idrus benar-benar keluar sendirian.

"Persaingan yang ada menjamin Golkar tetap solid, jadi jangan Munaslub membuat Golkar tak solid. Itu pesan pak JK," kata Idrus sebelum meninggalkan kompleks Istana Wakil Presiden.

Dua orang caketum sudah berinisiatif untuk menyambangi JK dan meminta restu maju di pemilihan yang akan digelar di Munaslub mendatang. Masih ada sejumlah nama lain yang hingga kini belum meminta izin JK. Apakah mereka akan mengikuti jejak Ade dan Idrus? Lalu siapa yang akan mendapatkan restu terbaik dari JK terkait posisi orang nomor satu di partai beringin?

sumber ; http://www.cnnindonesia.com/politik/

(obs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar