7.31.2012

Kubu Foke Kalap, Minta Larang Kampanye di Sosial Media


Pertengahan Ramadhan tensi Politik Jakarta meningkat, dua kandidat yang kan bersaing di Putaran kedua, Jokowi-Ahok yang menang pada putaran pertama akan berhadapan dengan Incumbent Fauzi Bowo alias foke yang berpasangan dengan nachrowi Ramli. Dikarenakan semakin mendekatnya putaran kedua saling serang antar kandidat tak terelakan.
Seperti diketahui di media-media, Jokowi diserang dengan memakai Isu Sara yang berkaitan dengan Cawagub Ahok beretnis China dan berAgama Islam. Jokowi dan Ahok terus menyangkal dan membantah Isu tersebut dengan melakukan berbabagai kegiatan. Sebut saja Jokowi melaksanakan Umroh ke tanah Suci Mekah, sedangkan Ahok hadir dalam pengajian yang dibawa Tokoh Muhamadiyah Din Syamsudin.

Isu yang terus bekembang ketengah masyarakat menurut saya kurang mempan, mengingat di berbagai Sosial media masyarakat tidak terpengaruh. Malahan Kubu Foke yang sering diserang dengan berbagai pernyatan dan melaluil Istrumen lainya. Isu yang berkembang terus dipantau  Timses Foke. Bahkan di Jejaring-jejaring sosial seperti Facebook, twiiter mungkin juga Kompasiana tidak luput dari Monitor Incumbent.

Mungkin karena Support masyarakat yang begitu besar kepada Jokowi sehingga Foke sering disudutkan oleh pendukung Jokowi. Akibat kenyataan tersebut membuat Timses Foke berang. Melalui Viva news Tim Advokasi Foke-Nara meminta untuk menghentikan kampanye politik yang berlangsung di media sosial.
Dasril Efendi Anggota Tim tersebut mengatakan Kampanye yang berlangsung di Sosial media soal Pilkada DKI diwarnai dengan Kampanye Hitam. Foke-Nara banyak terkena kampanye negatif tersebut. Tuturnya kepada Viva news kamis 19 July lalu.

Dasril mencontohkan,gambar Foke yang disandingkan dengan sosok diktator Adolf Hitler kini menyebar luas ke publik lewat media sosial. “Media sosial itu tanpa batas ruang dan waktu. Orang di luar negeri pun bisa ikut komentar meski dia tidak mengerti. Akhirnya terjadi black campaign,” ujarnya.
Bahkan Dasril meminta kepada Kementria Komunikasi dan Informasi tersebut untuk memblokir Kampanye Black Campaign tersebut seperti pernyatan yang dilansir media online tersebut.

“blokir situs Porno aja bisa, maka seharusnya Black Champaign juga bisa di blokir, kegiatan sosial seharusnya tidak boleh digunakan untuk melakukan kegiatan Politik”. Tuturnya kepada Viva News.
Pernyataan Kubu Foke ini menandakan bahwa Calon yang diusungnya tidak jua mendapat tempat dihati masyarakat, berbagai isu SARA yang telah dihembuskan tidak juga mengurangi simpati warga kepada Jokowi-AHOK. Sehingga, Timses Foke mencari cara lain agar popularitas Jokowi-Ahok semakin menurun. Seperti kita ketahui relawan Walikota Solo tersebut menguasai hampir 70-80 persen Sosial media, mengingat umumnya masyarakat sekarang memakai Konten tersebut dan tidak dapat lagi dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Juga, pernyataan kubu Foke tersebut memasung demokrasi yang didengung-dengungkan oleh Tokoh-tokoh Republik ini. Kedengarnnya sangat aneh apabila karena Kampanye Hitam tersebut, Kominfo memblokir status atau melarang hal-hal yang berhubungan dengan politik di sosial media. Juga, menandakan bahwa Kubu Foke sedang kalap dan tidak tahu lagi cara yang harus digunakan untuk membendung Hegemoni Jokowi yang sudah mulai mengakar di tengah masyarakat Indonesia dan Jakarta khususnya.

Atau, Kubu Foke tidak membaca sejarah kemenangan Obama di Amerika sana, kemenangan Presiden kulit hitam pertama dimulai dari media Sosial dan jejaring sosial. Dan andaikan Kominfo melakukan apa yang di intruksikan oleh Timses Foke, maka dunia akan menertawakan kita. atau Foke baiknya mundur saja agar energi dan uang tidak terbuang percuma, dari pada melontarkan usulan yang tak masuk akal.(Sumber : http://politik.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar